Rabu, 11 Mei 2011

Rupiah Menuju Rp.8000 Per Dollar AS


Nilai tukar rupiah bisa terus menguat hingga mencapai Rp 8.000 per dollar AS. Hal itu memungkinkan terjadi karena pelemahan dollar AS tidak hanya terjadi antara rupiah dan dollar AS, tetapi juga semua mata uang di dunia terhadap pemulihan ekonomi di Amerika Serikat akan membuat permintaan terhadap produk dunia di negara tersebut semakin tinggi. Hal ini menyebabkan pelemahan dollar AS. Pemulihan ekonomi AS tidak terjadi hanya pada perdagangan antara Amerika dan China, tetapi juga antara Amerika dan dunia. Dengan kecenderungan tersebut, rupiah bisa terus menguat ke Rp 8.000 per dollar AS.BI masih bersikap konservatif dengan tetap mempertahankan penguatan rupiah di level saat ini, yakni di level Rp 8.551 per dollar AS. Padahal, penguatan rupiah secara tajam sebenarnya sudah mulai terdeteksi pada 2010 sehingga asumsi nilai tukar di APBN 2011 sudah dapat ditetapkan di level Rp 8.500–Rp 8.700 per dollar AS.dollar AS.
 Sekarang, Indonesia yang paling konservatif karena semua mata uang menguat terhadap dollar AS. Padahal, BI sudah tahu, untuk memegang setiap 100 miliar dollar AS itu ada biayanya. Akibatnya, sekarang rupiah dibiarkan terus menguat. Nilai tukar rupiah terus menunjukkan kecenderungan menguat hingga mencapai posisi Rp 8.547,5 per dollar AS pada 2 Mei 2011. Itu jauh menguat dibandingkan posisi setahun lalu ada di level Rp 9.009 per dollar AS pada 3 Mei 2010. Hal itu berarti sudah terjadi penguatan rupiah sekitar 5,4 persen. Perkembangan nilai tukar itu sudah jauh menguat dibandingkan asumsi nilai tukar yang ditetapkan dalam APBN 2011, yakni Rp 9.250 per dollar AS, atau lebih kuat 8,2 persen. Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang PS Brojonegoro menyebutkan, penguatan rupiah terhadap dollar AS memberikan keuntungan tersendiri bagi APBN. Sebab, setiap penguatan sebesar Rp 100 dari asumsi APBN 2011 akan terjadi penghematan pada belanja negara di APBN 2011 sebesar Rp 400 miliar. "Setiap Rp 100 penguatan (rupiah) akan menghemat pengeluaran Rp 400 miliar.
SUMBER: KOMPAS, 9 MEI2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar